AWAS KEMATIAN MENDADAK !

AWAS KEMATIAN MENDADAK !

Oleh
Ustadz Abu Isma’il Muslim al-Atsari

Kita berada di akhir zaman, banyak terjadi kematian mendadak, memang itu merupakan salah satu tanda-tanda hari kiamat. Sebagaimana disebutkan di dalam hadits :

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ، رَفَعَهُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مِنِ اقْتِرَابِ السَّاعَةِ أَنْ يُرَى الْهِلالُ قِبَلا ، فَيُقَالُ : لِلَيْلَتَيْنِ ، وَأَنْ تُتَّخَذَ الْمَسَاجِدَ طُرُقًا ، وَأَنْ يَظْهَرَ مَوْتُ الْفُجَاءَةِ

Dari Anas bin Mâlik, dia meriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Di antara dekatnya hari kiamat, hilal akan terlihat nyata sehingga dikatakan ‘ini tanggal dua’, masjid-masjid akan dijadikan jalan-jalan, dan munculnya (banyaknya) kematian mendadak.[1]

KEFAKIRAN DAN KEKAYAAN

KEFAKIRAN DAN KEKAYAAN
http://almanhaj.or.id/content/4124/slash/0/kefakiran-dan-kekayaan/
Oleh
Syaikh DR. Abdul Bâri ats-Tsubaiti 


Kekayaan dan kemiskinan merupakan ujian dari Allâh Azza wa Jalla terhadap para hamba-Nya. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ 

Dan Kami menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan. [Al-Anbiyâ/21:35]

Dan sungguh menakjubkan keadaan seorang Mukmin, jika ditimpa kesulitan dan penderitaan, ia bersabar, sehingga itu menjadi kebaikan baginya. Jika mendapatkan kesenangan dan kegembiraan, ia bersyukur, sehingga itu juga menjadi kebaikan baginya. 

SEDEKAH UNTUK ORANG TUA YANG TELAH MENINGGAL DUNIA[1]

SEDEKAH UNTUK ORANG TUA YANG TELAH MENINGGAL DUNIA[1]


Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas حفظه الله

Sedekah yang dikeluarkan seorang anak untuk salah satu atau untuk kedua orang tuanya yang telah meninggal dunia, maka pahalanya akan sampai kepada keduanya. Selain itu segala amal shalih yang diamalkan anaknya maka pahalanya akan sampai kepada kedua orang tuanya tanpa mengurangi pahala si anak tersebut, sebab si anak merupakan hasil usaha kedua orang tuanya.

Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَىٰ

Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya. [an-Najm/53:39].

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ أَطْـيَبَ مَـا أَكَـلَ الرَّجُلُ مِـنْ كَـسْبِهِ ، وَإِنَّ وَلَـدَهُ مِنْ كَسْبِـهِ.

Sesungguhnya sebaik-baik apa yang dimakan oleh seseorang adalah dari hasil usahanya sendiri, dan sesungguhnya anaknya adalah hasil usahanya.[2]

Apa yang ditunjukkan oleh ayat al-Qur`ân dan hadits di atas diperkuat lagi oleh beberapa hadits yang secara khusus membahas tentang sampainya manfaat amal shalih sang anak kepada orang tua yang telah meninggal, seperti sedekah, puasa, memerdekakan budak, dan lain-lain semisalnya. Hadits-hadits tersebut ialah:

BIMBINGLAH KELUARGAMU MENDIRIKAN SHALAT[1]

BIMBINGLAH KELUARGAMU MENDIRIKAN SHALAT[1]

Oleh

Syaikh Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr 

Sebuah perintah ilahi dan arahan Rabbâni yang agung. tetapi disikapi oleh kebanyakan manusia dengan mengabaikannya. Perintah tersebut adalah firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala di akhir Surah Thaha. 

Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman: 

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ 

Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa [Thaha/20:132]

Ini merupakan perintah dari Allâh Subhanahu wa Ta’ala kepada Nabinya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan apapun yang Allâh Subhanahu wa Ta’ala perintahkan kepada Nabinya Shallallahu ‘alaihi wa sallam berarti itu juga sekaligus perintah bagi ummatnya selama belum ada dalil yang menunjukkan pengkhususannya bagi Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Perintah ini, tidak ada yang dalil yang menunjukkan pengkhususannya berdasarkan kesepakatan para Ulama. Oleh karena itu, wajib bagi setiap orang tua untuk benar-benar memperhatikan anak-anak mereka, mengawasi mereka dengan pengawasan yang ketat dalam perkara shalat ini. Karena shalat adalah rukun yang terpenting setelah dua kalimat shahadat. Tentunya, ini dilakukan oleh orang tua setelah dia sendiri menjaga shalatnya dengan penuh perhatian, sabar dan terus berusaha sabar dalam melaksanakannya, hingga dia menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya. Kemudian setelah itu, dia mulai mengawasi, memberi semangat putra-putri mereka dalam menunaikan dan menjaga shalat tersebut, sebagaimana yang deperintahkan oleh Allâh Subhanahu wa Ta’ala .

SIHIR, DOSA BESAR

SIHIR, DOSA BESAR

Oleh
Ustadz Abu Isma’il Muslim al-Atsari

Para ulama Ahli Sunnah sepakat bahwa sihir ada hakikatnya dan ada kenyataannya, meskipun kelompok Mu’tazilah dan orang-orang yang terpengaruh dengan mereka mengingkari hakikat sihir. Namun pengingkaran mereka tidak ada nilainya, karena bertentangan dangan dalil-dalil dari al-Kitab, as-Sunnah, serta ijma’ ulama Ahlis-Sunnah. 

Walaupun sihir ada kenyataannya, tetapi bukan berarti hukumnya boleh di dalam syari’at Islam, karena sesungguhnya sihir itu termasuk perbuatan dosa besar dengan ijma’ (kesepakatan) ulama. Mempelajari, mengajarkan, melakukan, atau minta disihirkan, semua terlarang. Namun banyak umat Islam yang belum mengetahui hakikat sihir. Dan pada kali ini kami ingin menyampaikan penjelasan seputar sihir sehingga kita memahami dan dapat menjauhinya.

SIHIR MERUPAKAN KEKAFIRAN
Mempelajari sihir dan mengamalkannya merupakan dosa besar, bahkan merupakan kekafiran. Dan pada hakikatnya sihir tidak akan terjadi kecuali dengan peribadahan kepada setan. Allâh Ta’ala berfirman:

وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمَانَ ۖ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ ۚ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ 

Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di Negeri Babil, yaiu Harut dan Marut, sedangkan keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". [al-Baqarah/2:102].

TUJUH DOSA YANG MEMBINASAKAN
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang umatnya dari perbuatan sihir dan memberitakan bahwa sihir termasuk tujuh perbuatan yang menghancurkan. Sebagaimana disebutkan di dalam hadits:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلَاتِ

Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda: “Jauhilah tujuh (dosa) yang membinasakan!” Mereka (para sahabat) bertanya: “Wahai, Rasûlullâh, apakah itu?” Beliau menjawab: “Syirik kepada Allâh, sihir, membunuh jiwa yang Allâh haramkan kecuali dengan haq, memakan riba, memakan harta anak yatim, berpaling dari perang yang berkecamuk, menuduh zina terhadap wanita-wanita merdeka yang menjaga kehormatan, yang beriman, dan yang bersih dari zina”. [Hadits shahîh riwayat Bukhari, no. 3456; Muslim, no. 2669].

HUKUM PELAKU SIHIR
Pelaku sihir berhak dijatuhi hukuman mati oleh penguasa, jika memang terbukti kesalahannya.

Diriwayatkan dari 'Amr bin Dinar, bahwa ia mendengar dari Bajalah berkata ‘Amr bin Aus dan Abusy Sya’tsa:

كُنْتُ كَاتِبًا لِجَزْءِ بْنِ مُعَاوِيَةَ عَمِّ الْأَحْنَفِ بْنِ قَيْسٍ إِذْ جَاءَنَا كِتَابُ عُمَرَ قَبْلَ مَوْتِهِ بِسَنَةٍ اقْتُلُوا كُلَّ سَاحِرٍ

"Aku adalah penulis (sekertaris) Jaz bin Mu’awiyah, paman al-Ahnaf bin Qais, ketika datang kepada kami surat Umar (bin Khaththab) setahun sebelum wafatnya, (yang isinya), 'Bunuhlah tukang sihir laki-laki maupun perempuan'." [HR Abu Dawud, 3043; Ahmad, I/190-191; dan Baihaqi, VIII/136].

Setelah penjelasan ini, maka kita perlu mengetahui hakikat sihir itu.

MAKNA SIHIR
Secara bahasa Arab, sihir artinya: sesuatu yang samar atau tersembunyi sebabnya. Sedangkan secara istilah syara’, maka para ulama memberikan definisi yang berbeda-beda, namun hakikatnya sama.

Ibnu Abidin rahimahullah mendefinisikan sihir dengan pernyataannya: “Ilmu yang dapat menghasilkan kemampuan jiwa untuk melakukan perkara-perkara yang aneh karena sebab-sebab yang tersembunyi”.[1] 

Ibnu Qudamah rahimahullah berkata: “Sihir adalah ikatan-ikatan tali dan mantra-mantra yang diucapkan atau ditulis oleh pelaku (tukang) sihir, atau pelaku (tukang) sihir melakukan sesuatu yang ia gunakan sebagai sarana permintaan tolong kepada setan untuk menyakiti orang yang disihir, mempengaruhi badannya, atau hatinya, atau akalnya, dengan tanpa berhubungan langsung dengannya”.[2] 

At-Tahânawi rahimahullah berkata: “Sihir adalah mendatangkan sesuatu yang luar biasa pada waktu melakukan perkataan atau perbuatan yang diharamkan di dalam syari’at, Allâh Ta’ala menjalankan hukumnya dengan terjadinya sesuatu yang luar biasa itu pada waktu melakukan hal tersebut pada awalnya”[3]. 

Adapun menurut al-Alûsi rahimahullah : 
Yang dimaksudkan dengan sihir adalah perkara aneh yang menyerupai perkara luar biasa, padahal bukan perkara luar biasa karena dapat dipelajari. Untuk mendapatkannya ialah dengan mendekatkan diri kepada setan dengan cara melakukan perkara-perkara keji (buruk), yang berupa perkataan seperti mantra-mantra yang di dalamnya terdapat kata-kata syirik, pujian kepada setan dan kekuasaan setan, dan berupa perbuatan, seperti beribadah kepada bintang-bintang, menekuni kejahatan, dan seluruh kefasikan, dan berupa keyakinan, seperti anggapan baik terhadap perkara yang mendekatkan diri kepada setan dan kecintaannya kepada setan. 

Sihir itu tidaklah berjalan dengan baik kecuali dengan apa yang bersesuaian dengan setan dalam hal keburukan dan kekejian jiwa, karena saling sesuai merupakan syarat saling mendekat dan membantu. Sebagaimana para malaikat tidak akan membantu kecuali kepada orang-orang yang baik, yang menyerupai para malaikat dalam menekuni ibadah dan mendekatkan diri kepada Allâh Ta’ala dengan perkataan dan perbuatan; demikian pula setan tidak akan membantu kecuali kepada orang-orang yang jahat, yang menyerupai mereka dalam kekejian dan keburukan, yang berupa perkataan, perbuatan, dan keyakinan. Dengan ini tukang sihir berbeda dengan nabi dan wali.[4] 

MACAM-MACAM SIHIR
Untuk melengkapi masalah sihir ini, kita juga perlu mengetahui macam-macam sihir yang ada.

1. Sihir Hakiki : Yaitu sihir yang ada kenyataannya, seperti sihir yang mempengaruhi badan, sehingga menjadikan sakit, atau membunuh (inilah yang disebut dengan tenung, santet, teluh, dan semacamnya, Pen.) atau memisahkan dua orang yang saling mencintai (ini disebut shar, Pen.), atau mengumpulkan dua orang yang saling membenci (ini disebut dengan ‘ath-f, aji pengasihan, pelet, dan semacamnya).

Sihir hakiki ini ada dua macam, yaitu: (1) sihir yang terjadi dengan niat tukang sihir, dan (2) sihir yang terjadi dengan alat (semacam benda-benda yang telah diberi mantra atau rajah). 

2. Sihir Takh-yili : Yaitu tukang sihir menggunakan kekuatan daya khayalnya, lalu ia menggambarkan khayalan-khayalan, atau tiruan-tiruan, atau bentuk-bentuk, lalu ia tampilkan kepada indra orang-orang yang melihat, sehingga orang-orang yang melihat seolah-olah melihatnya ada pada kenyataan, padahal itu tidak ada. 

Demikian ini yang disebut dengan hipnotis, atau semacamnya. Seperti tukang sihir yang memperlihatkan taman-taman, sungai-sungai, istana-istana, padahal itu semua tidak ada; itu hanyalah khayalan pada pandangan mata. Atau seperti tukang sihir yang menikam dirinya dengan pedang, atau memakan api, atau berjalan di atas api, namun hal itu tidak berbekas padanya. Ini semua hanyalah khayalan. Atau seseorang datang dengan membawa kertas biasa, lalu ia menyihir orang lain, sehingga orang lain tersebut melihat kertas itu sebagai uang kertas. Atau ia membawa besi, tetapi orang yang disihir melihatnya sebagai emas. Atau ia membawa belalang, tetapi orang yang disihir melihatnya sebagai kambing. Dan setelah orang itu pergi, barang-barang itu kembali seperti semula. Ini semua merupakan sihir takh-yili.

3. Sihir Majazi :Yaitu kejadian yang samar sebabnya karena dilakukan dengan kecepatan gerakan tangan, atau muslihat ilmiah, atau kedustaan, atau penemuan-penemuan yang diketahui oleh tukang sihir itu sebelum orang-orang lain. Inilah yang disebut dengan sulap, atau semacamnya. Demikian juga namimah, bayan (penjelasan), dan semacamnya termasuk sihir majazi. Yakni disebut sihir karena pengaruhnya seperti sihir, tetapi hukumnya bukan sihir di dalam syari’at. 

Wallâhu a’lam.

CATATAN
Yang perlu diketahui, bahwa istilah sihir di dalam syari’at adalah sihir yang pelakunya meminta pertolongan kepada setan. 

Syaikh Umar Sulaiman al-Asyqar rahimahullah berkata: 
Sesungguhnya sihir hakiki adalah sihir yang pelakunya meminta pertolongan kepada setan. Rabb kita -Yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu- telah memberitakan bahwa setan-setan itu yang mengajarkan sihir... (surat al-Baqarah/2 ayat 102). Dan telah mutawatir berita-berita dari orang-orang yang menyelidiki keadaan-keadaan sihir dan tukang sihir yang menetapkan hubungan tukang-tukang sihir dengan setan. 

Para tukang sihir mendekatkan diri kepada setan dengan apa yang mereka sukai, yang berupa kepercayaan-kepercayaan rusak, perbuatan-perbuatan sesat, memakan barang-barang haram dan buruk. Lalu setan menolong mereka terhadap tujuan-tujuan mereka. Oleh karena itu, para cerdik dari ulama kita mendefinisikan sihir dengan: “perbuatan untuk mendekatkan diri kepada setan dan (terjadi) dengan pertolongan setan. Perkara itu semua merupakan hakikat sihir.[5] 

Wallâhul-Musta’an. 

Rujukan: 
1.Kitab ‘Alamus-Sihri wasy-Sya’wadzah, karya Syaikh Umar Sulaiman al-Asyqar.
2. Sihru wasy-Sya’wadzah wa Atsaruhuma ‘alal-Fardi wal-Mujtama’, karya Syaikh Shâlih bin Fauzan al-Fauzan, dan lain-lain.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun XVI/1434H/2013M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
________
Footnote
[1]. Hasyiyah, 1/44, dinukil dari ‘Alamus-Sihri wasy-Sya’wadzah, hlm. 71.
[2]. Al-Mughni, 8/150, dinukil dari ‘Alamus-Sihri wasy-Sya’wadzah, hlm. 73.
[3]. Kasyâf Istilahâtil-Funûn, hlm. 152, dinukil dari ‘Alamus-Sihri wasy-Sya’wadzah, hlm. 73.
[4]. Kitab Tafsir Ruhul-Ma’ani, 1/338, dinukil dari ‘Alamus-Sihri wasy-Sya’wadzah, hlm. 152-153.
[5]. Kitab ‘Alamus-Sihri wasy-Sya’wadzah, hlm. 152.

Bolehkah banci jadi imam ?

Ada pertanyaan yang belum saya dapatkan penjelasannya, “Seorang banci boleh jadi imam jika seluruh ma’mumnya perempuan.” Pertanyaannya: Bolehkah seorang banci menjadi imam shalat berjamaah? Kemudian jika jawaban boleh, kondisi bagaimanakah yang membolehkannya? Jazakumullahu khairan
Dari: Ummu Aisyah

Jawaban:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Pertama, perlu kita seragamkan istilah ‘banci’.
Banci menurut istilah para ulama adalah orang yang tidak diketahui, apakah dia lelaki ataukah perempuan. Dia memiliki dua alat kelamin, alat kelamin lelaki dan alat kelamin perempuan, dan keduanya berfungsi.

Dalam as-Syarh al-Mumthi’ dinyatakan,
والخُنثى هو: الذي لا يُعْلَمُ أَذكرٌ هو أم أنثى؟ فيشمَلُ مَن له ذَكَرٌ وفَرْجٌ يبول منهما جميعاً
Banci (al-Khuntsa) adalah orang yang tidak diketahui apakah dia lelaki ataukah perempuan. Mereka adalah orang yang memiliki dzakar (kelamin lelaki) dan farji (kelamin wanita), dia kencing dari kedua saluran itu bersamaan. (as-Syarh al-Mumthi’, 4/223).
Jika sampai baligh sama sekali tidak bisa ditentukan mana alat kelamin yang dominan, ulama fiqh menyebutnya ‘al-Khuntsa al-Musykil’ (banci gak jelas).

Dari pengertian di atas, banci dalam syariat kembali kepada kelainan ciri fisik, bukan semata mental. Sehingga lelaki yang bermental gay, bukan termasuk kategori banci dalam kajian fiqh.

Kedua, hukum banci jadi imam
Ulama sepakat, posisi banci dalam shalat jamaah, berada diantara lelaki dan wanita. Dalam Ensiklopedi Fiqh dinyatakan,

لا خلاف بين الفقهاء في أنه إذا اجتمع رجال، وصبيان، وخناثى، ونساء، في صلاة الجماعة، تقدم الرجال، ثم الصبيان، ثم الخناثى، ثم النساء

Tidak ada perselisihan diantara ulama bahwa apabila ada berbagai macam makmum, mulai dari lelaki, anak-anak, banci, dan wanita dalam shalat jamaah, maka lelaki dewasa di depan, kemudian anak-anak, kemudian banci, kemudian wanita. (al-Mausu’ah al-Fiqhiyah, 20/25).

Banci di posisikan antara lelaki dan wanita, karena banci berpeluang untuk menjelma menjadi kedua jenis itu. Dia bisa menjadi lelaki dan bisa menjadi wanita. Sehingga jenis kelaminnya ada dua kemungkinan, bisa lelaki, bisa wanita.
Mengingat lelaki dewasa tidak boleh diimami wanita, jumhur ulama berpendapat,
  1. Banci tidak boleh mengimami lelaki, karena ada kemungkinan dia wanita
  2. Banci tidak boleh menjadi imam sesama banci, karena ada kemungkinan si imam wanita sementara si makmum lelaki.
  3. Banci boleh mengimami wanita. Karena wanita boleh menjadi imam wanita.
Dalam kitabnya al-Muhadzab, as-Saerozi – ulama Syafiiyah – mengatakan,

ولا تجوز صلاة الرجل خلف الخنثى الْمُشْكِلِ لِجَوَازِ أَنْ يَكُونَ امرأة, ولا صلاة الخنثى خلف الخنثى لِجَوَازِ أَنْ يَكُونَ الْمَأْمُومُ رَجُلًا وَالْإِمَامُ امرأة

Seorang lelaki tidak boleh shalat di belakang banci yang belum jelas, karena memungkinkan dia wanita. Banci tidak boleh shalat di belakang banci, karena bisa jadi makmumnya lelaki sementara imamnya wanita. (al-Muhadzab, 1/97).

Bahkan dalam madzhab Syafiiyah, makmum lelaki yang shalat di belakang banci karena tidak tahu, maka jika dia tahu, dia wajib mengulangi shalatnya. an-Nawawi mengatakan,

وان صلي رجل خلف خنثى أو خنثى خلف خنثي ولم يعلم انه خنثى ثم علم لزمه الاعادة

Jika ada lelaki yang shalat di belakang banci, atau banci shalat di belakang banci, karena tidak tahu bahwa dia banci, kemudian dia tahu, maka dia wajib mengulangi shalat. (al-Majmu’, 4/255).

Ketiga, banci kelainan mental
Melengkapi pembahasan di atas, banci karena kelainan mental.
Sejatinya dia hanya memiliki satu kelamin, lelaki. Dia lahir dan besar sebagai lelaki. Namun dia memiliki kecenderungan meniru gaya wanita. Bolehkah manusia semacam ini jadi imam?

Banci jenis ini ada dua macam,
Jenis pertama, banci yang dibuat-buat. Dia lelaki yang normal fisik dan mental, memiliki kecenderugan tertarik kepada lawan jenis (wanita). Namun dia sengaja meniru gaya wanita, bisa karena komunitas, atau karena tuntutan ngamen.

Banci jenis ini tergolong orang fasik. Dia melakukan dosa besar, karena tasyabbuh (meniru) wanita.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau mengatakan,
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُتَشَبِّهِينَ مِنْ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنْ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat para lelaki yang meniru-niru kebiasaan wanita dan para wanita yang meniru-niru kebiasaan lelaki.” (HR. Bukhari 5885)
Sengaja meniru kebiasaan wanita, dan bahkan bangga dengan perbuatannya, menjadikan dirinya orang fasik. Tentang hukum, apakah dia boeh jadi imam, dijelaskan dalam Ensiklopedi Fiqh,

أما المتخلق بخلق النساء حركة وهيئة، والذي يتشبه بهن في تليين الكلام وتكسر الأعضاء عمدا، فإن ذلك عادة قبيحة ومعصية ويعتبر فاعلها آثما وفاسقا. والفاسق تكره إمامته عند الحنفية والشافعية، وهو رواية عند المالكية. وقال الحنابلة، والمالكية في رواية أخرى، ببطلان إمامة الفاسق

Lelaki yang meniru gaya wanita, meniru gerakannya, meniru gemulai suaranya, dan sengaja berlenggak-lenggok, merupakan perbuatan tercela dan kemaksiatan. Pelakunya tergolong orang fasik. Sementara orang fasik, makruh menjadi imam menurut Hanafiyah, Syafiiyah, dan salah satu riwayat dalam Malikiyah. Sementara Hambali dan salah satu riwayat dalam madzhab Malikiyah, berpendapat bahwa statusnya jadi imam itu batal. (al-Mausu’ah al-Fiqhiyah, 11/63).

Jenis kedua, banci karena kelainan mental.
Dia fisiknya lelaki, tapi mentalnya ‘kecipratan’ karakter wanita, dan itu di luar kesengajaannya. Bicaranya gemulai, gayanya seperti wanita. Statusnya sama dengan lelaki, dan sah jadi imam.

Dinyatakan dalam Ensiklopedi Fiqh,

المخنث بالخلقة، وهو من يكون في كلامه لين وفي أعضائه تكسر خلقة، ولم يشتهر بشيء من الأفعال الرديئة لا يعتبر فاسقا، ولا يدخله الذم واللعنة الواردة في الأحاديث، فتصح إمامته، لكنه يؤمر بتكلف تركه والإدمان على ذلك بالتدريج، فإذا لم يقدر على تركه فليس عليه لوم

Banci karena kelainan karakter, yaitu lelaki yang suaranya gemulai, dan gayannya seperti wanita sejak kecil, sementara dia tidak dikenal suka melakukan perbuatan buruk, maka dia tidak dihitung orang fasik. Tidak tidak mendapatkan celaan dan laknat, seperti yang disebutkan dalam hadis. Sah jadi imam, namun dia diperintahkan untuk meninggalkan tradisi gaya kewanitaannya, dan berusaha mengobati dirinya secara bertahap. Jika dia tidak mampu, dia tidak dicela.
(al-Mausu’ah al-Fiqhiyah, 11/62).
Demikian,

Allahu a’lam
Dijawab oleh Ustadz Ammi nur Bait (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)
Artikel www.KonsultasiSyariah.com

HUKUM MENGANGKAT TANGAN DALAM BERDO'A

HUKUM MENGANGKAT TANGAN DALAM BERDO'A
Oleh
Syaikh Dr. Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin Al Abbad



Mengangkat kedua tangan dalam berdo'a kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, termasuk adab yang agung. Demikian terdapat di banyak hadits yang shahih dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebagian ulama menggolongkannya ke dalam hadits mutawatir secara makna. 

BEDAH MAYAT DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BEDAH MAYAT DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

Oleh
Ustadz Muhammad Yasir, Lc


Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

مْ نَجْعَلِ الْأَرْضَ كِفَاتًا ﴿٢٥﴾ أَحْيَاءً وَأَمْوَاتًا 

Bukankah Kami menjadikan bumi tempat berkumpul orang-orang hidup dan orang-orang mati? [al-Mursalât/77:25-26].

Di antara Ulama ahli tafsir, ada yang mengartikan ayat tersebut dengan menyebutkan, bahwa Allâh Azza wa Jalla menjadikan bumi dua bagian, yaitu bagian atas untuk dihuni orang yang hidup dan bagian bawah dihuni oleh orang yang mati.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memerintahkan untuk segera dalam mengurus mayat manusia. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَسْرِعُوا بِالْجِنَازَةِ فَإِنْ تَكُ صَالِحَةً فَخَيْرٌ تُقَدِّمُونَهَا وَإِنْ يَكُ سِوَى ذَلِكَ فَشَرٌّ تَضَعُونَهُ عَنْ رِقَابِكُمْ 

Segerakanlah penyelenggaraan jenazah. Karena, apabila jenazah itu orang shalih maka kalian telah berbuat baik untuknya. Sedangkan jika jenazah itu bukan orang baik maka agar kalian segera meletakkan benda jelek dari pikulan kalian. [HR al-Bukhâri, no. 1252].

Dalam prakteknya, adakalanya perintah ini tidak terlaksana. Mayat masih dibiarkan berhari-hari atau berminggu-minggu atau bahkan bertahun-tahun. Hal itu disebabkan beberapa alasan yang hendak dicapai. Salah satu dari sekian alasan yang ada, misalnya, untuk membedah mayat tersebut.

Tujuan dari pembedahan mayat, secara garis besar dapat dibagi menjadi dua. Pertama, untuk otopsi. Kedua, untuk pembelajaran calon dokter. 

Otopsi sendiri dilakukan untuk dua tujuan. Tujuan pertama, untuk hukum pidana, seperti, otopsi forensik yang dilakukan untuk mengetahui penyebab kematian sehingga mungkin menjadi masalah pidana. Agar memungkinkan mencari tersangka pembunuhan tersebut dengan tujuan bisa menegakkan hukum Allâh Azza wa Jalla secara benar dan tepat. Tujuan kedua, yang disebut otopsi klinis atau akademik. Ini dilakukan untuk mencari penyebab medis kematian. Digunakan dalam kasus kematian yang tidak diketahui atau tidak pasti. Otopsi ini biasanya dilakukan bila terjadi wabah penyakit baru yang menyebabkan kematian tanpa diketahui jenis penyakit yang membunuhnya, maka diperlukan usaha untuk mengetahui penyebab kematian secara pasti. Dan salah satu cara yang harus ditempuh adalah dengan cara membedah mayat.

JIN MUKMIN JUGA MASUK SURGA

JIN MUKMIN JUGA MASUK SURGA

Oleh
Ustadz Abu Minhal, Lc


Allâh Azza wa Jalla berfirman: 

وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا ۖ فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَىٰ قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ ﴿٢٩﴾ قَالُوا يَا قَوْمَنَا إِنَّا سَمِعْنَا كِتَابًا أُنْزِلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَىٰ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ وَإِلَىٰ طَرِيقٍ مُسْتَقِيمٍ ﴿٣٠﴾ يَا قَوْمَنَا أَجِيبُوا دَاعِيَ اللَّهِ وَآمِنُوا بِهِ يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُجِرْكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ ﴿٣١﴾ وَمَنْ لَا يُجِبْ دَاعِيَ اللَّهِ فَلَيْسَ بِمُعْجِزٍ فِي الْأَرْضِ وَلَيْسَ لَهُ مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءُ ۚ أُولَٰئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ 

Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan al-Qur`ân, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan(nya) lalu mereka berkata: "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)". Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka berkata: "Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (al-Qur`ân) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allâh dan berimanlah kepadanya, niscaya Allâh akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih. Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allâh maka dia tidak akan melepaskan diri dari azab Allâh di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata". [al-Ahqâf/46 :29-32].

Hisablah Dirimu Sebelum Yaumul Hisaab

Khuthbah Jum'ah Di Masjid Nabawi 18/3/1436 H
Khotîb: Syeikh Ali bin Abdurrohmân Al Hudzaifi hafizohullah

Bismillâhirrohmânirrohîm
Segala puji bagi Allôh yang menerima taubat dari para hambaNya, dan memaafkan kesalahan, rahmat dan ilmuNya meliputi segala sesuatu, melipatgandakan kebaikan dengan karuniaNya dan mengangkat derajat pelakunya. Dan aku bersaksi bahwa bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allôh tidak ada sekutu bagiNya, tidak ada yang melemahkanNya di bumi maupun di langit. Dan aku bersaksi bahwa Nabi kita dan pemimpin kita Muhammad adalah hambaNya dan rosulNya, Allôh telah menguatkannya dengan pertolonganNya dan mu'jizatNya. Ya Allôh bersholawatlah dan bersalamlah serta berkahilah untuk hambaMu dan rosulMu Muhammad, keluarganya, dan para sahabatnya, yang telah mendahului kepada kebaikan. Ammâ ba'du:

Bertaqwalah kalian kepada Allôh dengan mendekatkan diri kepada Allôh dengan sesuatu yang membuat ridho Allôh, dan menjauhkan diri dari apa yang membuat marah Allôh dan menyakitiNya. Sungguh telah beruntung dan telah menang orang yang bertaqwa, dan merugi orang mengikuti hawa nafsunya.
Wahai para hamba Allôh, ketahuilah bahwa kesuksesan seorang manusia dan kebahagiaannya adalah terletak bagaimana dia mengatur dirinya, memuhasabah dirinya baik dalam perkara yang kecil maupun yang besar. Maka barangsiapa yang memuhasabah dirinya dan mengatur ucapan dan perbuatannya serta hatinya dengan apa yang membuat dicintai dan diridhoi  Allôh   maka sungguh dia telah beruntung dengan keuntungan yang besar. 

Allôh berfirman:

وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى (41)  [النازعات/40-41]

"Dan adapun orang yang takut berdiri di hadapan Allôh kelak dan menahan hawa nafsunya maka surga adalah tempat tinggalnya"

Dan Allôh berfirman:

وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ (46) [الرحمن/46]

"Dan bagi orang yang takut berdiri di hadapan Robbnya dua surga",

Dan Allôh 'azza wa jalla berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (18) [الحشر/18]

"Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian kepada Allôh dan hendaklah setiap jiwa melihat apa yang sudah dia kerjakan untuk esok hari, dan bertaqwalah kepada Allôh, sesungguhnya Allôh mengetahui apa yang kalian kerjakan"

Dan Allôh 'azza wa jalla berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ (201) [الأعراف/201]

"Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa apabila digoda oleh sekelompok syetan mereka segera ingat, maka tiba-tiba mereka bisa melihat/sadar"

Dan Allôh ta'âlâ juga berfirman:

وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ (2) [القيامة/2]

"Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang suka mencela"

Berkata para mufassirin: "Allôh bersumpah dengan jiwa yang senantiasa mencela dirinya karena kurang dalam melaksanakan kewajiban dan mencela karena melakukan sebagian kemaksiatan, maka jiwa tersebut banyak mencela sehingga luruslah perkara jiwa tersebut.

Dan dari Abu Huroiroh rodhiyallohu 'anhu beliau berkata: Rosûlullôh shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang beriman kepada Allôh dan hari akhir maka hendaklah dia berkata yang baik atau diam" (HR. Al Bukhôri dan Muslim), dan hal ini tidak mungkin dilakukan kecuali dengan memuhasabah jiwa.

Dan dari Syaddâd bin Aus dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau berkata:

الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ، وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا، ثُمَّ تَمَنَّى عَلَى اللَّهِ

"Orang yang cerdik adalah orang yang menundukkan dirinya dan beramal untuk setelah mati, dan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan atas Allôh dengan berbagai angan-angan(Hadits Hasan)

Berkata 'Umar bin Al Khoththôb rodhiyallôhu 'anhu:

حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَزِنُوها قَبْلَ أَنْ تُوزَنُوا، وَتَأهَّبُوا لِلْعَرْضِ الْأَكْبَرِ

"Hendaklah kalian menghisab diri kalian sebelum kalian dihisab, dan hendaklah kalian menimbang diri kalian sebelum kalian ditimbang, dan bersiap-siaplah untuk hari besar ditampakkannya amal"

Berkata Maimûn bin Mahrôn:

المُتَّقِي أَشَدُّ مُحَاسَبَةً لِنَفْسِهِ مِنَ الشَّرِيْكِ الشَّحِيْحِ لِشَرِيْكِهِ

"Orang yang bertaqwa lebih keras dalam memuhâsabah dirinya daripada seorang sekutu (rekan kerja) yang tamak yang membuat perhitungan dengan rekan kerjanya"

Dan berkata 'Abdullôh bin Mas'ûd t:

إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ جَالِسٌ فِي أَصْلِ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَنْقَلِبَ عَلَيْهِ، وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ فَقَالَ لَهُ: هَكَذَا فَذَهَبَ، وَأَمَرَّ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ

"Seorang yang beriman melihat dosa-dosanya seperti dia berada di bawah gunung, dia takut apabila gunung tersebut menimpanya, dan seorang fasiq melihat dosa-dosanya seperti lalat yang terbang di atas hidungnya, maka dia singkirkan seperti ini, yaitu diusir dengan telapak tangannya" (HR. Al Bukhôri)

Seorang yang beriman memuhâsabah dirinya dan mengawasinya serta meluruskannya supaya berada di atas keadaan yang paling baik, maka dia memuhâsabah dirinya atas amal perbuatannya, memaksakan dirinya sendiri supaya beribadah dan taat sehingga bisa beribadah dengan keikhlashan yang sempurna, bersih dari kotoran bid'ah, riyâ, ujub dalam amal, dia mencari dengan amalannya wajah Allôh dan negeri akhirat, dan memuhâsabah dirinya supaya amal sholihnya bisa sesuai dengan sunnah Nabi e, terus-menerus dilakukan dan kontinyu tanpa tertolak dan tanpa terputus, Allôh ta'âlâ berfirman:

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ (69)

"Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam jalan Kami maka Kami akan tunjuki dia jalan-jalan Kami, dan sesungguhnya Allôh bersama orang-orang yang muhsin"

Dan Allôh ta'âlâ berfirman:

وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ (6)  [العنكبوت/6]

"Dan barangsiapa yang bersungguh-sungguh maka dia telah bersungguh-sungguh untuk dirinya, sesungguhnya Allôh Maha Kaya dari seluruh alam" ,

dan Allôh juga berfirman:

إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ (2) [الزمر/2]

"Sesungguhnya Kami telah turunkan kepadamu sebuah Kitab dengan hak, maka sembahlah Allôh dengan mengikhlashkan ibadah kepadaNya, ketahuilah milik Allôhlah agama yang ikhlash"

Dan Allah juga berfirman :

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (٣١)

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Ali Imron : 31)

Dan dari Sufyân Ats Tsauri beliau berkata:

مَا عَالَجْتُ شَيْئًا أَشَدَّ عَلَيَّ مِنْ نِيَّتِي لأَنَهَّا تَتَقَلَّبُ عَلَيَّ

"Aku tidak menghadapi sesuatu yang lebih susah daripada niatku  karena niat senantiasa bolak-balik dalam diriku"

Berkata Al Fadhl bin Ziyâd: Aku bertanya kepada Imâm Ahmad tentang niat dalam amal, aku berkata: "Bagaimana niat?" Beliau menjawab: "Mengobati dirinya, jika dia mau beramal yang dia tidak menginginkan dengannya (ganjaran) manusia"

Dan dari Syaddâd bin Aus, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda:

مَنْ صَلَّى يُرَائِي فَقَدْ أَشْرَكَ، وَمَنْ صَامَ يُرَائِي فَقَدْ أَشْرَكَ، وَمَنْ تَصَدَّقَ يُرَائِي فَقَدْ أَشْرَكَ

"Barangsiapa sholat dengan riyâ' maka sungguh dia telah syirik, dan barangsiapa yang berpuasa dengan riyâ maka sungguh dia telah berbuat syirik, dan barangsiapa yang bershodaqoh dengan riyâ maka dia telah berbuat syirik" (HR. Ahmad dalam Al Musnad, Al Hâkim, Ath Thobrôni dalam "Al Kabîr")

Dan hendaknya dia memuhâsabah ucapan dan perkataannya sehingga dia tidak melepaskan ucapannya dengan lafazh-lafazh batil dan haram, dan hendaklah dia ingat bahwa ada dua malaikat yang ditugaskannya kepadanya, keduanya menulis setiap apa yang diucapkan lisannya, dan setiap amalan yang dia amalkan, kemudian diberi pahala atau dihukum, Allôh ta'âlâ berfirman:

وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ (10) كِرَامًا كَاتِبِينَ (11) يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ (12) [الإنفطار/10-12]

"Dan sesungguhnya atas kalian malaikat-malaikat yang menjaga, yang mulia lagi menulis, mereka mengetahui apa yang kalian kerjakan", dan Allôh ta'ala berfirman:

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ (18)  [ق/18]

"Tidaklah ada ucapan yang dia ucapkan kecuali disisinya ada malaikat yang mengawasi lagi hadir"

Dari Ibnu 'Abbâs rodhiyallôhu 'anhuma beliau berkata:

يُكْتَبُ كُلُّ مَا تَكَلَّمَ بِهِ مِنْ خَيْرٍ أَوْ شَرٍّ حَتَّى إِنَّهُ لَيُكْتَبُ قَوْلُهُ أَكَلْتُ وَشَرِبْتُ ذَهَبْتُ وَجِئْتُ

"Dicatat setiap apa yang diucapkan, yang baik-maupun yang buruk, sampai ditulis ucapannya: aku telah makan, aku minum, aku pergi, aku datang, aku melihat.

Dari Abû Huroirah t dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda:

إنَّ العبْدَ لَيَتَكلَّمُ بالكلمةِ مِنْ رِضْوانِ الله، لا يُلْقي لها بالاً، يرْفَعُ الله بِها دَرَجاتٍ، وإنَّ العبْدَ ليتَكلَّمُ بالكَلِمةِ مِنْ سَخَطِ الله، لا يُلْقي لَها بالاً يَهْوي بِها في جَهَنَّم

"Sesungguhnya seorang berbicara dengan sebuah kalimat termasuk keridhoan Allôh, dia tidak memperdulikannya, maka Allôh mengangkatnya dengan kalimat tersebut beberapa derajat, dan sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan sebuah kalimat  yang mneyebabkan kemurkaan Allôh, dia tidak memperdulikannya, maka dia masuk neraka karenanya" (HR. Al Bukhôri)

Dan berkata Abdullôh bin Mas'ûd:

مَا عَلَى الْأَرْضِ شَيْءٌ أَحَقُّ بِطُولِ سِجْنٍ مِنْ لِسَانٍ

"Demi Allôh yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Dia, tidak ada di atas bumi yang lebih berhak untuk dipenjara dalam waktu lama daripada lisan"

Dahulu Abû Bakr t memegang lisannya dan berkata:

هَذَا الَّذِي أَوْرَدَنِي الْمَوَارِدَ

"Inilah yang telah menjerumuskanku"


Demikian pula wajib atas seorang muslim memuhâsabah dirinya dan berjuang dalam menghadapi apa yang terbetik dalam hatinya dan was-was hatinya, karena awal kebaikan dan kejelekan adalah bisikan-bisikan hati dan apa yang datang padanya.

Maka jika seorang muslim mampu mengatur apa yang datang pada hatinya, dan gembira dengan bisikan kebaikan yang datang, merasa tenang dengannya dan melaksanakannya, sungguh dia telah beruntung.

Jika ia mengusir was-was syetan tersebut dan bisikannya dan berlindung kepada Allôh dari was-was syetan maka dia selamat dari kemungkaran-kemungkaran dan kemaksiatan-kemaksiatan. Dan apabila dia lalai dari was-was syetan dan menerimanya maka dia akan tergiring kepada yang diharamkan. Allôh berfirman:

وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (36) [فصلت/36]

"Dan apabila syetan mendorongmu dengan sebuah dorongan maka mohonlah perlindungan kepada Allôh sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui"

Dan Allôh telah memerintah supaya kita berlindung kepadaNya di dalam surat An Nâs dari musuh yang nyata ini.

Dari Anas y berkata: Rosûlullôh t bersabda:

إِنَّ الشَّيْطَاَن وَاضِعٌ خُطُمَهُ عَلَى قَلْبِ ابْنِ آدَمَ فَإِنْ ذَكَرَ اللهَ خَنَسَ وَإِنْ نَسِيَ الْتَقَمَ قَلْبَهُ فَذَلِكَ الْوَسْوَاسُ الخَنَّاسُ

"Sesungguhnya syetan meletakkan tali kekangnya di dalam hati anak Adam, kalau dia mengingat Allôh maka syetan mundur kalau dia lupa maka syetan akan membisiki hatinya, itulah syetan tukang bisik-bisik yang sering mundur " (HR. Abû Ya'lâ Al Mûshili)

Maka menjaga diri dari dosa-dosa melindungi dari was-was syetan dan terjaga dari bisikan-bisikannya, Allôh berfirman:

وَلَا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (151)  [الأنعام/151[

"Dan janganlah kalian mendekati perbuatan-perbuatan keji, yang nampak maupun yang tersembunyi, dan janganlah kalian membunuh jiwa-jiwa yang diharamkan Allôh kecuali dengan hak, demikianlah Allôh mewasiatkan kepada kalian agar kalian memikirkan"

Maka barangsiapa yang memuhâsabah dirinya dan berjuang maka dia akan mendapat banyak kebaikan dan sedikit kejelaknnya, dan keluar dari dunia dalam keadaan terhormat, dan dibangkitkan dalam keadaan bahagia, dan bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang diutus sebagai saksi. Dan barangsiapa mengikuti hawa nafsunya, berpaling dari Al Qur'an, dan melakukan apa yang disenangi hawa nafsu dan syahwatnya, melakukan dosa-dosa besar, dan menyerahkan kepemimpinan kepada syetan maka syetan akan menggiringya kepada seluruh dosa besar, dan akan kekal bersama syaitan dalam adzab yang pedih.

Allôh berfirman:

وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا (28)  [الكهف/28]

"Dan janganlah engkau menaati orang-orang yang telah Kami lalaikan  hatinya dari mengingat Kami dan dia mengikuti hawa nafsunya, dan perkaranya melampaui batas"

Semoga Allôh memberikan berkah bagiku dan bagi kalian dalam Al Qur'an Yang Agung ini .



Khuthbah Kedua:

Segala puji bagi Allôh, Robb semesta alam, yang telah memberikan taufiq kepada orang-orang yang bertaqwa, dan menghinakan orang-orang kafir dan fasiq. Dan aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allôh, tidak ada sekutu bagiNya, bagiNya kerajaan, bagiNya segala puji, sesembahan orang-orang dahulu dan yang akhir. Dan aku bersaksi bahwa nabi kita dan pemuka kita Muhammad adalah hamba Allôh dan rosulNya, yang jujur dan terpercaya. Ya Allôh bersholawatlah, bersalamlah, dan berkahilah untuk hambaMu dan rosulMu Muhammad, keluarga, para sahabatnya semuanya.

Ammâ ba'du:

Bertaqwalah kalian kepada Allôh dengan sebenar-benar taqwa dan berpeganglah dengan Islâm dengan pegangan yang kuat.

Wahai kaum muslimin, hati-hatilah dengan perangkap-perangkap syetan kepada manusia, Allôh ta'âlâ berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ (5) إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ (6)  [فاطر/5-6]

"Wahai manusia sesungguhnya janji Allah adalah benar maka janganlah kalian tertipu dengan dunia, dan janganlah kalian ditipu syetan. Sesungguhnya syetan adalah musuh bagi kalian maka jadikanlah dia musuh, sesungguhnya dia mengajak kelompoknya supaya termasuk penduduk neraka."

Musuh nyata ini telah membuat perangkap-perangkap untuk mewujudkan cita-citanya, dan untuk membalas dendam kepada orang-orang yang beriman, dan dia berusaha membuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya kejadian yang terjadi di perbatasan utara dan meninggalnya tiga orang aparat keamanan yang sedang mengerjakan kewajiban agama mereka, membela negara yang merupakan negara Islâm. Semoga Allôh mengampuni mengampuni mereka dan menerima mereka sebagai syuhadâ, dan mengangkat derajat mereka di surga kenikmatan. Sesungguhnya kejadian yang sangat memedihkan ini adalah tindak kriminalitas besar, kerusakan besar. Para ulama dan orang-orang yang berakal telah memandang besar kezholiman terhadap para aparat keamanan negara ini, dan mereka menghitungnya sebagai bentuk kriminal besar mengumpulkan beberapa dosa-dosa besar.

Para pembunuh tersebut telah dituntun syetan untuk melakukan tindakan yang merusak ini, mereka mengira bahwa mereka sudah mewujudkan sebagian tujuan mereka, namun justru tujuan tersebut berbalik kepada mereka, dan kejadian ini justru menunjukkan bahwa petugas keamanan dalam keadaan waspada dan senantiasa memperkirakan semua kemungkinan dengan jalan menutup fitnah yang sesuai. Semoga Allôh menjaga para aparat negara ini dan semoga Allôh menjaga kaum muslimin dari fitnah-fitnah besar. Barangsiapa yang jiwanya membisiki untuk melakukan perbuatan-perbuatan teror yang zholim maka Allôh mengintainya, Allôh ta'âlâ berfirman:

إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ (14)  [الفجر/14]

"Sesungguhnya Robbmu mengintai mereka"

Apakah orang-orang semisal mereka tidak ingat bahwa mereka akan berdiri di hadapan Robb semesta alam? Apakah mereka tidak memuhâsabah diri mereka, apakah mereka tidak berpikir dengan akal mereka? Allôh ta'âlâ berfirman:

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ (8) [آل عمران/8]

"Wahai Robb kami, janganlah Engkau simpangkan hati-hati kami setelah Engkau berikan hidayah kepada kami, dan berilah rahmat dari sisiMu kepada kami, sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Memberi"

Wahai hamba Allôh, "Sesungguhnya Allôh dan para malaikatNya bersholawat atas Nabi, wahai orang-orang yang beriman bersholawatlah kalian untuknya dan ucapkanlah salam untuknya"

(Diterjemahkan oleh Ust Abdullah Roy, MA)   

Sumber : Firanda.com

BERETIKA DAN BERMODAL

BERETIKA DAN BERMODAL

Oleh
Ustadz Abdullah Zaen, Lc., MA


PROLOG 
“Mas, apa hukum ngumpul-ngumpul di keluarga orang yang meninggal?”, tanya seorang awam kepada temannya yang dia pandang lebih paham agama, karena terlihat rajin ngaji.
“Haram!” jawabnya dengan tegas.
“Dalilnya apa?”.
“Eemm, apa ya ? Ntar saya tanyakan dulu ke ustadz”.
“Terus kalo Yâsinan dan Tahlîlan, hukumnya apa?”.
“Bid’ah!”.
“Kalo yang ini dalilnya apa?”.
“Eemm, apa ya? Saya ngajinya gitu lo. Coba ntar saya tanyakan lagi ke ustadz.”
Demikian obrolan antara dua orang kawan berakhir.

Bukti Kenabian Dalam Perang Khandaq

Bukti Kenabian Dalam Perang Khandaq

Pada edisi sebelumnya disebutkan keputusan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menggali khandaq (parit) untuk menghambat gerakan musuh. Di saat pengagalian parit inilah terlihat beberapa mu'jizat Rasûlullâh yang menguatkan dan membuktikan bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam benar-benar utusan Allâh sebagai nabi dan rasul. Diantara bukti-bukti tersebut :

PERANG BANI QURAIZHAH

PERANG BANI QURAIZHAH

Penghianatan kaum Yahudi terhadap perjanjian damai dengan kaum Muslimin begitu menyakitkan. Apalagi peristiwa itu terjadi kala kaum Muslimin berada dalam kondisi kritis karena menghadapi pengepungan pasukan sekutu dengan jumlah besar dalam perang Khandaq.[2] Pengkhianatan inilah diantara penyebab terjadinya peperangan baru setelah perang Khandaq. Pengkhianatan itu sendiri diprovokatori oleh Huyay bin Akhthab an-Nadhariy.[3] Perang ini dikenal dengan Perang Bani Quraizhah. Peperangan ini terjadi pada akhir Dzulqa'dah dan awal Dzulhijjah pada tahun ke-5 hijriyah. 

Penjelasan Mengenai ISRA' DAN MI'RAJ

ISRA' DAN MI'RAJ

Peristiwa Isrâ' [1] dan Mi'râj [2] merupakan salah satu di antara mukjizat yang diberikan Allah Azza wa Jalla kepada Rasul-Nya, yaitu Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagai wujud penghormatan dan pelipur lara setelah paman dan istri beliau meninggal dunia. Peristiwa ini juga sebagai penghibur setelah beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam mendapatkan perlakuan tidak bersahabat dari penduduk Thâif.

PANDUAN PRAKTIS ZAKAT BARANG PERDAGANGAN

PANDUAN PRAKTIS ZAKAT BARANG PERDAGANGAN
Oleh
Ustadz Muhammad Wasitho Abu Fawaz Lc, MA

Zakat Perdagangan atau Perniagaan ialah zakat yang dikeluarkan atas kepemilikan harta apa saja selain emas dan perak berupa barang, properti, berbagai jenis hewan, tanaman, pakaian, perhiasan dan selainnya yang dipersiapkan untuk diperdagangkan, baik secara perorangan maupun perserikatan (seperti CV, PT, Koperasi dan sebagainya). 

MENJADI HAMBA ALLÂH 24 JAM

MENJADI HAMBA ALLÂH 24 JAM
Oleh
Ustadz Abu Ihsan al-Atsari

Sungguh, Allâh Azza wa Jalla menciptakan manusia untuk suatu tujuan yang mulia, yaitu untuk beribadah kepada Allâh semata tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu yang lain. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ 

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. [adz-Dzâriyât/51:56]

Peristiwa-Peristiwa Penting Antara Perang Bani Quraizhah Dan Perjanjian Hudaibiyyah

Peristiwa-Peristiwa Penting Antara Perang Bani Quraizhah Dan Perjanjian Hudaibiyyah

1. Pengiriman Pasukan ‘Abdullâh Bin ‘Atik Untuk Membunuh Sallâm Bin Abil-Huqaiq (Abu Râfi’)
Abu Râfi’ termasuk orang yang memprovokasi pasukan sekutu untuk memerangi Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Orang ini sering menyakiti Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan membantu pihak lain yang mau melakukannya. Dia juga membantu Bani Ghathafân dan kaum musyrikin Arab lainnya dengan aliran dana besar untuk memusuhi Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

Mengenai Perjanjian Hudaibiyah

Hudaibiyah adalah nama sebuah sumur arah barat daya dari kota Mekah dengan jarak sekitar 22 km. Sekarang tempat ini dikenal dengan nama Asyamisiy. Kemudian Hudaibiyyah dikenal sebagai nama sebuah peperangan atau perjanjian antara kaum Muslimin dan kuffar Quraisy yang terjadi pada tahun ke-6 hijriyah pada bulan Dzulqa'dah.[1] 

Permulaan peristiwa ini adalah ketika Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin melaksanakan umrah, meski beliau paham betul orang-orang Quraisy tidak akan membiarkan begitu saja beliau melaksakan keinginan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Dan besar kemungkinan akan terjadi kontak senjata, mengingat kuffar Quraiys adalah musuh terbesar kaum Muslimin saat itu.
xiaomi